BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sastra novel sebagai bahan ajar dapat meningkatkan kualitas kehidupan seseorang, dapat merangsang daya kreativitas serta menumbuhkan kepercayaan diri yang tinggi, meningkatkan kualitas hidup, dengan kata lain kita dapat mencari dan menemukan arti hidup dan kehidupan dari karya sastra yang kita baca bahkan kita menjadi terinspirasi dari bahan bacaan yang kita baca, pengajaran sastra mempunyai peranan yang sangat besar dalam membentuk watak dan prilaku, pengajaran sastra mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai aspek dan tujuan pendidikan dan pengajaran seperti penilaian dan agama.
Novel 9 Summers 10 Autumns Dari Kota Apel ke The Big Apple adalah Novel karya Iwan Setyawan yang bertajuk analogi sederhana tentang buah apel ini menampilkan sukses besar yang diraih seorang anak supir angkot dari kota apel (Batu, Jawa Timur), ke salah satu barometer kota paling maju di abad ini yaitu New York City. Novel yang diinspirasi oleh kisah nyata penulisnya ini di bawakan dengan kalimat yang mengalir sederhana, disertai puisi-puisi karya Dostoevsky yang merupakan salah satu penulis kebanggaan sang pengarang.
Novel 9 Summers 10 Autumns Dari Kota Apel ke The Big Apple menceritakan tentang Cinta seorang ibu dan teladan serta kasih sayang seorang ayah digambarkan secara memikat dalam novel ini sebagai pemacu semangat tiada henti yang telah dirasakan seorang Iwan Setyawan sepanjang hidupnya. Hal itu juga yang telah banyak memberinya bahan bakar untuk mengayuh roda kehidupannya yang sangat sederhana di kota Batu, menuju kehidupan yang sangat bertolak belakang di New York City, USA yaitu sebagai salah satu Direktur perusahaan terkemuka Nielsen.
Semangat pantang menyerah dan ambisi yang cukup kuat dalam berbagai kondisi perlu didukung oleh rasa cinta dan dicintai oleh sesama. Mungkin itu yang coba ditampilkan oleh seorang Iwan Setyawan kepada pembaca. Mengasah spirit logika dan emosi secara bersamaan dalam meraih mimpi.
I.2. Rumusan Masalah
Apa unsur intrinsik yang terdapat di dalam novel 9 Summers 10 Autumns?
Apa unsur ekstrinsik yang terdapat dalam novel 9 Summers 10 Autumns?
I.3. Tujuan
Dapat memahami apa saja unsur intrinsik baik tema, cerita, pemplotan, latar, penokohan, sudut pandang, bahasa dan pesan moral dalam novel 9 Summers 10 Autumns.
Dapat mengetahaui unsur ekstrinsik dalam novel 9 Summurs 10 Autumns yang bisa menjadikan bahan inspirasi banyak orang.
I.4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, terutama bagi penulis, mahasiswa dan pembaca.
1. Manfaat bagi penulis
a. Manfaat administratif
Yaitu administrati penelitian yang penulis lakukan bisa dijadikan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, di STKIP GARUT.
b. Manfaat teoritis
Yaitu menambah wawasan khususnya tentang masalah yang diteliti.
c. Manfaat praktis
Yaitu bertambahnya pengalaman dalam melakukan penelitian khsusnya penelitian kualitatif tentang unsur intrinsik novel (asli atau terjemahan).
2. Manfaat bagi Mahasisa
a. Mengetahui kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra, (novel).
b. Menambah keterampilan siswa dalam mengapresiasi karya sastra, (novel).
c. Menarik minat baca siswa terhadap karya sastra, (novel).
3. Manfaat bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mempelajari unsur intrinsik dan ektrinsik suatu novel.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Analisis Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema (theme) menurut Staton (1965:20) dan akenny (1966:88), adalah makna yang dikandung dan ditawarkan oleh cerita. Namun, ada banyak makna yang dikandung dan ditawarkan oleh cerita (novel) itu, maka masalahnya adalah: makna khusus yang mana yang dapat dinyatakan sebagai tema itu.
Tema pada novel 9 Summers 10 Autumns yaitu tentang impian dan keluarga, yang terlihat bahwa Iwan Setyawan mempunyai keinginan atau impian pekerjaan yang bisa merubah keluarganya yang hidup sederhana dengan tekad bahwa satu-satunya anak laki-laki dalam keluarganya harus bisa bertanggung jawab dalam keluarganya. Dimana dalam novel tersebut mengangkat masalah kehidupan serta pengalaman hidupnya yang lebih dari apa yang diinginkan dan diimpikan sebelumnya. Tema perjuangan yang diangkat ini sebenarnya lebih bagus, karena sarat akan amanat bahwa kehangatan dan cinta keluarga, perjuangan dan doa orang tua dan kasih sayang serta ketulusan saudara-saudara adalah pembawa kesuksesan dan semangat yang sebenarnya.
2. Cerita
Cerita sebagai sebuah urutan kejadian yang sederhana dalam urutan waktu (1981:61) dan Kenny (1966:12) mengartikan sebagai peristiwa-peristiwa yang terjadi berdasarkan urutan waktu yang disajikan dalam sebuah karya fiksi. Jadi, dalam cerita, peristiwa yang satu berlangsung sesudah terjadinya peristiwa yang lain.
Iwan Setyawan menulis biografi tentang dirinya sendiri dengan cara yang cukup unik. Ia menciptakan seorang tokoh “anak kecil berseragam putih merah” yang ia temui di New York, seseorang yang menjadi tempatnya memutar kembali ingatan masa lalunya, menceritakan setiap detail perjalanan kehidupannya dari “Kota Apel”, dan menumpahkan segala isi hatinya dengan bebas dan lepas. Dengan tokoh anak kecil tersebut penulis bisa menceritakan masalalunya di saat cerita tersebut dalam kehidupan di kota New York sehingga ia berhasil membuat pembaca benar-benar mengikuti setiap jejaknya dengan baik.
Buku ini menyuguhkan sebuah kenyataan bahwa pendidikan dapat membawa seseorang pada hal-hal yang bahkan tak pernah terbayangkan, dan bahwa kerja keras dalam belajar dan bekerja bisa mengantar seseorang ke tempat-tempat yang bahkan hampir tak mungkin terjangkau, menembus setiap keterbatasan dan ketidakmampuan yang melanda. Penulis memberikan suatu peristiwa permasalahannya yang di alami sesuai dengan fakta (aktual) dengan cerita yang memeiliki kepaduan yang baik sehingga pembaca mudah terbawa ke dalam cerita tersebut dan memberikan kesan percaya dan terus mengikuti alur cerita tersebut. Antara peniruan da kreativitas, realitas dan rekaan telah menyatu dalam sebuah karya dan tak mungkin dipisahkan tanpa kehilangan hakikat dan makna karya yang di buat oleh Iwan Setyawan itu sebagai suatu karya sastra yang padu dan koherensif.
3. Alur (Pemplotan)
Staton (1965:14) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu di sebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain Kenny (1966:14) mengemukakan plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat seferhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat.
Novel ini menggunaka alur gabungan dengan kesuksesannya di kota New York, penulis menyelipkan beberapa kejadian hidupnya dari awal perjalanannya dapat di buktikan dalam "Lima atau enam pukulan datang kembali bertubi-tubi dan membuatku tak lagi melihat New York di sekelilingku, sekejap aku melayang mengunjungi dapur rumah kecilku di Batu, tempat kami berkumpul, makan, berbagi cerita, berbagi duka. Kulihat wajah ibuku, daster tuanya, seragam merah putih kakakku, wajah memelas bapakku, dan adik-adiku". Disamping cerita disediakan secara cepat, peristiwa fungsional terjadi susul-menyusul dengan cepat, hubungan antar peristiwa juga terjalin secara erat, dan pembaca seolah-olah selalu dipaksa untunk terus-menerus mengikutinya. Dan penulis memperhatikan antaa bagian kalimat yang satu dengan bagian yang lain, atau kalimat yang satu dengan kalimat yang lain, terdapat hubungan yang bersifat mengaitkan antarbagian kalimat atau antarkalimat itu. Bagian-bagian dalam sebuah kalimat, atau kalimat-kalimat dalam sebuah alinea, yang masing-masing mengadung gagasan, tidak mungkin disusun secara acak.
4. Latar (Setting)
Latar atau setting disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981:175).
1). Tempat
Latar yang terdapat dalam novel ini berada di New York City, rumah Iwan di kota Batu, kota Venesia, kampus IPB, kantor Nielsen Jakarta, gunung rinjani.
2). Waktu
Pagi: "Berjalan pada pagi hari dari SoHo ke tempat kerjaku di Astor Place adalah salah satu perjalanan kaki favorit sepanjang hidupku di New York".
Siang: "Siang itu, 4 Juli 2001, sekitar pukul dua. Mungkin semuanya akan berakhir, sebelum aku bisa membangun kepingan hidup di sini".
Sore: "Pada Sabtu sore yang indah di musim gugur ini, setelah mengikuti yoga jam 4 sore, aku menyempatkan membaca Crime and Punishment Dostoevsky di Think Coffe, University Place.
Malam: "Udara malam semakin terasa dingin. Beberapa pengunjung Central Park mulai meninggalkab taman cantik di tengah New York City ini. Aku masih duduk mendekap bocah kecil itu".
3). Suasana
Mencekam: "Aku merasakan sentuhan pisau yang tajam di perut sebelah kiriku. Dua lelaki kekar itu memegang kedua lenganku semakin erat. Ketakutanku semakin menjadi. Aku tak melihat satu orang pun di sekitar stasiun. Mungkinkah semuanya akan berakhir di sini, sebelum setahun bertualang di New York?".
Bahagia: "Saat itu kami semua sangat senang karena anak laki-laki satu-satunya berhasil lolos ke IPB, Jurusan Statistika! Pertama kali dalam sejarah panjang keluarga kami".
Sedih: "Memasuki tingkat dua, aku harus membayar uang kuliah dan kos, bersamaan dengan Mbak Inan yang harus membayar uang kuliahnya juga. Kami mencoba apapun yang kami bisa! Bapak bekerja lebih malam sebagai sopir truk, Mbak Isa menambah murid les privatnya, dan ibu juga kerja kecil-kecilan. Tapi semuanya belum cukup, jauh dari cukup. Aku mencoba lebih prihatin, lebih irit. Aku ingin menyelesaikan kuliah secepatnya. Membantu kami keluar dari lemiskinan ini. Aku teringat kalimat yang aku sampaikan ke ibu suatu hari karena keputusanku, "Buk, aku kesel, mlarat terus"-Ibu, aku capek, miskin terus".
5. Penokohan
Tokoh cerita (Character), menurut Abrams (1981:20) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang di ekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Tokoh Utama:
Iwan Setyawan: Peran utama dalam novel ini yang memiliki watak pintar, tidak mudah menyerah, baik, penyayang.
Abdul Hasim: Seorang sopir angkot yang tak bisa mengingat tanggal lahirnya, bapak Iwan memiliki watak penyabar, pekerja keras, penyayang.
Ngatinah: Seorang ibu yang tidak bisa menyelesaikan sekolah di SD, penyayang, sederhana, penyabar.
Siti Aisyah: Kakak pertama Iwan yang biasa di panggil Mbak Inan dia memiliki watak yang pintar, tegas, tangguh, pengalah.
Rohani: Kakak perempuan kedua Iwan yang biasa dipanggil Mbak Inan yang memiliki watak baik, pintar, penyayang.
Rini Agustina: Adik pertama Iwan yang mempunyai watak lembut, baik, dan pintar.
Mira Fatmawati: Adik bungsu Iwan yang biasa di panggil Denok, Rini merupakan teman setia Iwan. Ia juga mengikuti jejak kedua kakak perempuannya yang menjadi guru dan lolos pegawai negeri dan memiliki watak lembut, baik, pintar, lugu dan sederhana.
Tokoh Tambahan (figuran):
Afro: Penodong yang menikam Iwan di Stasiun Fleetwood yang memiliki watak keras dan jahat.
Audrey: Salah satu acconting and consulting firm ternama di dunia, yang berambut pendek dan memiliki tinggi badan lebih dari Iwan dan memiliki watak yang baik dan lucu.
Mbak Ati: Orang yang sudah membantu Iwan saat di New York dan memiliki watak baik, ramah, suka membantu.
Esther: Seorang teman Iwan yang berada di New York yang memiliki watak baik, ramah.
Dedy: Salah satu teman Iwan bersama Esther saat di New York yang memiliki watak ramah, lucu, baik.
Bu Agik: Anak dari adiknya bapak yang memiliki watak baik baik dan penyabar.
Pak Ucup: Suami bu Agik yang memiliki watak baik, pekerja keras dan tanggung jawab.
Rima: Seorang guru spiritual yoga pada saat Iwan di New York yang memiliki watak periang, baik dan asik.
Mas Mul: Salah satu mahasiswa di IPB yang mengajari Iwan mengaji selepas Subuh ata Magrib dan memiliki watak baik dan soleh.
Hema dan Mike: Dua mahasiswa Sunda yang cantik merupakan teman baik Iwan semasa TPB dan berharap Iwan menjadi sahabat mereka sampai kakek nenek.
Lek Tukeri: Saudara dari bapak yang bekerja sebagai pedagang sayur di daerah Pulomas Jakarta, yang memiliki watak yang baik dan ramah.
Firdaus Ria Herlambang: Teman kos Iwan saat dikos daerah Bagunde yang biasa di panggil (Daus) dan memiliki watak ramah, asik dan baik.
Andi Hakim Nasution: Guru besar statistika saat menjdi dosen pembimbing Iwan saat skripsi yang memiliki watak tegas, pintar dan berwibawa.
Mba Yanti: seseorang yang membantu Iwan pada saat bekerja di kantor Nielsen sampai ke luar negeri yang memiliki watak cerdas, baik dan pekerja keras.
Untuk menggambarkan karakter tokoh tersebut, pengarang menggunakan teknik analitik dan teknik dramatik. Teknik analitik yaitu karakter tokoh diceritakan langsung oleh pengarang. Teknik dramatik yaitu karakter tokoh dikemukakan melalui penggambaran fisik dan perilaku tokoh, pengungkapan jalan pikirsn tokoh, serta penggambaran oleh tokoh lain.
6. Sudut Pandang
Sudut pandang point of view menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajika tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams, 1981:142).
Karya sastra berupa novel ini meenggunakan sudut pandang orang pertama "Aku"-an. Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama seorang narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si "aku" tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri yaitu Iwan Setyawan. Mengisahkan peristiwa dan tidakan yang diketahui, dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan. Serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Kita pembaca dapat menerima apa yang di ceritakan oleh "aku" maka kita hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si "aku" tersebut. Sebagai bukti "Ketika musim hujan, aku sering bermain-main di depan rumah, di bawah tetesan air hujan bersama Bapak".
Persona pertama adalah sudut pandang yang bersifat internal, maka jangkauannya terbatas (Meredith & Fitzgerald, 1972: 49). Dalam sudut pandang pada novel 9 Summers 10 Autumns ini narator hanya bersifat mahatahu bagi diri sendiri dan tidak terhadap orang- orang (tokoh) lain yang terlibat dalam cerita. Ia hanya berlaku sebagai pengamat saja terhadap tokoh-tokoh "dia" yang bukan dirinya. Dalam novel ini sudut pandang persona pertama tergolong kepada peran dan menduduki sebagai peran utama.
7. Bahasa
Bahasa yang dituturkan begitu ringan, sederhana, namun menarik dan cerdas, membuat novel ini layak dibaca oleh anak-anak hingga dewasa. Ia berhasil membuat pembaca benar-benar mengikuti setiap jejaknya dengan baik. Sayangnya, terdapat pengulangan beberapa frase yang menciptakan sedikit efek jenuh bagi pembaca. Penokohan dan sudut pandangnya jelas dan tertata rapi, alurnya yang maju mundur sama sekali tidak membingungkan. Dalam novelnya, Iwan menyisipkan cukup banyak Bahasa Inggris yang mungkin tidak dapat dimengerti oleh semua kalangan. Kutipan-kutipan Dostoevsky dalam Bahasa Inggris yang diletakkan terlalu banyak di awal-awal bab justru mengganggu keindahan cerita itu sendiri. Kisahnya selama di New York sendiri pun terasa tak terlalu dianggap karena novel ini didominasi oleh kisah perjuangannya dari Batu hingga sampai ke New York.
Dalam novel ini pula penulis memberikan kesan gaya bahasa yang menjadikan isi novel tersebut memiliki nilai estetis dengan beberapa kutipan dan puisi Chairil Anwar yang berjudul "Hampa", "Aku", dan "Doa". Gaya bahasa Hiperbola seperti "perahu besarnya telah mengubah hidupku selamanya. Keberanian ini tak akan lahir tanpa keberanian yang ia lahirkan kepadaku", Metafora seperti "Warna dramatis musim gugur berganti dengan melankoli musim gugur", Perumpamaan seperti "Aku diam, menelan satu per satu pemandangan ini. Keringat menetes di mana-mana, debu jalanan menempel si seluruh tubuhku. Pemandangan di sekitar Kampung Rambutan begitu sedih, kerusuhannya menempel menjadi kenangan", dan pencitraan seperti "Perahu kecil ini pun berlayar ke dermaga jauh untuk pertama kalinya". Beberapa gaya bahasa yang di sampaikan secara rapi sehingga pembaca tidak terganggu dengan beberapa kutipan dan beberapa puisi di dalamnya. Tetapi, kutipan-kutipan Dostoevsky dalam Bahasa Inggris yang diletakkan terlalu banyak di awal-awal bab justru mengganggu keindahan cerita itu sendiri.
8. Pesam Moral (Amanat)
Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya trntang nila-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca.
Kepaduan isi novel ini memberikan kesan pembaca mudah memahami isi yang di sampaikan sehingga pesan moral tersebut dapat di ketahui bahwa setiap orang berhak mempunyai keinginan dan mimpi maka kejarlah impianmu dengan apapun yang kamu punya dan jangan pernah mersa kecil dan malu dengan apa yang kita punya karena dengan usaha dan kerja keras lah yang akan membawa kita ke dalam kesuksesan kita nantinya.
Penulis memberikan pesan dan kesannya tersendiri, Iwan Setyawan sebagai penulis memberikan beberapa pesan moral seperti pesan keagamaan yang di kutip dalam pengisahan Iwan ketika kuliah di IPB dan diajarkan mengaji oleh temannya dan mengikuti pengajian di kampus maupun di kos dengan pesan moral dari kutipan tersebut bahwa sesibuk apapun kita atau dimana pun kita harus tetap bisa menjalankan ibadah shalat lima waktu dan mengaji. Terdapat pula pesan moral sosialnya yaitu setiap orang bisa hidup dimana saja tanpa bantuan orang lain maka bersyukurlah dengan bantuan apa yang sudah orang lain di sekitar kalian.
II.2 Analisis Unsur Ekstrinsik
1. Biografi Pengarang
Iwan Setyawan lahir di Batu 2 Desember 1974. Lulusan terbaik fakultas MIPA di ITB tahun 1997 dari Jurusan Statistika ini bekerja selama tiga tahun di Jakarta sebagai data analis di Nielsen dan Danareksa Risearch Institute. Ia selanjutnya merambah karier di New York City selama 10 tahun. Pencinta yoga, sastra, dan seni teater ini meninggalkan New York City Juni 2010 dengan posisi terakhir sebagai Director, Internal Client Management di Nielsen Consumer Research, New York. 9 Sumeers 10 Autumns adalah novel pertama yang terinspirasi dari perjalanan hidupnya sebagai anak seorang sopir di Kota Batu ke New York City. Buku pertamanya Melankoli Kota Batu berupa kumpulan fotografi dan narasi puitis, didekasikan untuk Kota Batu. Iwan saat ini tinggal di Batu, Jawa Timur.
2. Nilai-nilai Dalam Cerita
Nilai Religius
Dalam novel ini banyak ada beberapa kutipan yang menyangkut nilai agama tentang bagaimana Iwan teringat dengan kata-kata yang tidak pantas di ucapkannya kepada ibu dengan penyesalannya akan durhaka kepada ibunya, serta nilai keagamaan Iwan saat berada di kampus yang mulai solat dan belajar mengaji bersama beberapa temanya menjadi nilai positif dan bermanfaat bagi Iwan.
Nilai Moral
Nilai moral yaitu nilai yang berkaitan dengan ahlakdengan ata budi pekerti seseorang baik ata buruk.
Terdapat beberapa nilai moral dari novel 9 Summers 10 Autumns dari beberapa isi cerita yang terlihat dari bahasa yang di pakai saat Iwan mengeluh kepada ibunya akan kemiskinan yang selama ini dia jalani, Iwan terlihat tidak bisa menahan emosinya tetapi dengan rasa hormat kepada ibunya Iwan pun tetap memikirkan perasaan ibunya pada saat itu.
Nilai Sosial
Nilai sosial yaitu nilai yang berkaitan dengan norma-norma pada kehidupan masyarakat misalnya saling memberi, saling menolong dan tenggang rasa.
Dalam novel ini ditunjukan beberapa nilai sosial oleh penulis dengan menghadirkan prilaku beberapa tokoh yang memiliki sifat saling membantu dengan kesusah payahan Iwan dalam novel tersebut dan ada beberapa tokoh yang diperlihatkan nilai sosialnya secara baik bahkan pembaca bisa menyimpulkan nilai positif dari novel tersebut.
Nilai Budaya
Nilai budaya yaitu konsep masalah dasar yang sangat penting dan bernilai dalam kehidupan manusia misalnya adat istiadat, kesenian, kepercayaan atau upacara adat.
Novel ini memberi kesan asik karena selain inspiratif isi dari novel ini bisa menjadi pengetahuan bagi pembaca dengan adanya beberapa nilai budaya seperti pada kutipan yang dikatakan oleh ibunya "mangan ora mangan wes penting pulang" ibu nya Iwan mengatakan seperti itu karena adat di Jawa lebih baik kumpul dengan keluarga dari pada barus berpisah dengan keluarganya, dari kutipan tersebut menjadikan nilai budaya yang bisa di ambil oleh pembaca dari novel ini.
Nilai Estetika
Nilai estetika yaitu berkaitan dengan seni, keindahan dalam sastra tentang bahasa, alur dan tema.
Nilai estetika sebuah novel berbeda-beda tergantung pada tema dan ceritanyaseperti apa, seperti novel ini yang di kemas dengan unik dengan tampilan cover novel yang berjudul 9 Summers 10 Autumns ditulis dengan pengalaman penulis secara baik dan memperhatikan seni dalam bahasa dengan menyatukan tema dan isi novel ini, sehingga pembaca sangat terbawa alur dari perjalanan seirang Iwan Setyawan.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Sastra novel sebagai bahan ajar dapat meningkatkan kualitas kehidupan seseorang, dapat merangsang daya kreativitas serta menumbuhkan kepercayaan diri yang tinggi, meningkatkan kualitas hidup, dengan kata lain kita dapat mencari dan menemukan arti hidup dan kehidupan dari karya sastra yang kita baca bahkan kita menjadi terinspirasi dari bahan bacaan yang kita baca, pengajaran sastra mempunyai peranan yang sangat besar dalam membentuk watak dan prilaku, pengajaran sastra mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai aspek dan tujuan pendidikan dan pengajaran seperti penilaian dan agama. Novel 9 Summers 10 Autumns Dari Kota Apel ke The Big Apple adalah Novel karya Iwan Setyawan yang bertajuk analogi sederhana tentang buah apel ini menampilkan sukses besar yang diraih seorang anak supir angkot dari kota apel (Batu, Jawa Timur), ke salah satu barometer kota paling maju di abad ini yaitu New York City.
III.2 Saran
Dengan adanya suatu karya sastra yang dapat menjadikan inspirasi khususnya bagi pembaca dan menjadi beberapa pengetahuan dari isi cerita tersebut sebagai referensi didalam suatu pengajaran karya sastra dengan mengkaji karya sastra tersebut dengan baik sesuai teori pengkajian fiksi.
Sinopsis Novel:
Diceritakan bahwa Iwan adalah seorang pemuda penyendiri yang hidup seorang diri di New York, Amerika Serikat. Setelah mengalami peristiwa perampokan di sebuah terowongan kereta bawah tanah, Iwan termangu dan mulai menghadirkan kembali kenangan tentang seseorang yang membawanya menengok kembali ke masa lalu, tentang cinta keluarga yang menyelamatkan semuanya.
Iwan adalah anak lelaki yang tumbuh besar bersama keluarganya yang sederhana di sebuah kampung di kaki Gunung Panderman, di rumah berukuran 6x7 meter. Ayah Iwan adalah seorang sopir angkot yang sangat mengharapkan agar Iwan tumbuh menjadi lelaki tangguh yang membantu mencari penghidupan untuk keluarganya, namun Iwan adalah sosok yang berbeda dari yang diharapkan ayahnya. Iwan adalah seorang anak yang sangat cerdas dalam belajar, terutama matematika, dan bermimpi untuk membangun kamar sendiri yang tidak kecil seperti rumahnya yang sekarang. Hidup bertujuh dengan segala sesuatu yang terbatas, membuat Iwan bahkan tak memiliki kamar sendiri. Ayah Iwan tak bisa mengingat tanggal lahirnya, sementara ibunya tidak tamat Sekolah Dasar. Ia tumbuh besar bersama empat saudara perempuan.
Pendidikanlah yang membentangkan jalan keluar dari penderitaan. Dengan kegigihan, anak Kota Apel, Malang dapat bekerja di "The Big Apple", New York. Sepuluh tahun mengembara di kota paling kosmopolit itu membuatnya berhasil mengangkat harkat keluarga sampai meraih posisi tinggi di salah satu perusahaan top dunia.
Las Vegas Casino and Resort Map - MapYRO
BalasHapusLas Vegas is located in Paradise, Nevada. The name also applies 거제 출장마사지 to the resort 경상남도 출장샵 in Paradise. It 화성 출장샵 has a total of 서귀포 출장마사지 10 hotels, which means it can accommodate up to 500 안동 출장안마